Supremasi Robotika PENS: Prestasi, Kebanggaan, dan Visi untuk Masa Depan

PENS dan robot adalah dua kata yang seolah tidak bisa dipisahkan. Peminat dunia teknologi, apalagi para penggemar robotika, tentu sudah sangat mengenal PENS sebagai salah satu institusi yang memiliki nama besar dalam kancah robotika nasional. Secara rutin, PENS mengirimkan perwakilan dan meraih gelar juara dalam berbagai kontes dan kejuaraan robotika hingga tingkat internasional. Yang terbaru, pada tahun 2014, delegasi PENS berhasil meraih juara pertama dalam perlombaan internasional “Fire Fighting Robot Contest” untuk Kategori Division yang diselenggarakan di Trinity College, Hartford, Amerika Serikat. Prestasi lembaga yang didirikan pada tahun 1988 ini bahkan juga telah tercatat dalam Museum Rekor Indonesia (MURI). Pada tahun 2009, MURI menganugerahkan penghargaan “Pemenang Kontes Robot Indonesia Terbanyak” setelah PENS menjuarai kontes robot selama 11 kali berturut-turut dari tahun 1990 hingga 2009. Penghargaan tersebut, bersama dengan sederet pencapaian lainnya, tentu semakin mengukuhkan supremasi PENS dalam bidang robotika secara khusus, serta bidang pengembangan teknologi terapan secara umum.

Berawal dan Belajar Langsung dari Jepang, Sang Negara Pelopor Teknologi Robot

Pencapaian besar PENS dalam bidang robotika tentu tidaklah datang dengan mudah atau serta-merta, melainkan melalui sebuah perjalanan dan perjuangan yang panjang. Sejarah kejayaan tersebut bahkan telah terbentang sejak lebih dari dua puluh tahun yang lalu. Adalah Dr. Ir. Endra Pitowarno, seorang staf pengajar di PENS, yang menjadi salah satu pelopor pemasyarakatan teknologi robot di kampus yang berlokasi di Surabaya Timur itu. Dari tahun 1989 hingga 1990, Endra bersama empat orang staf pengajar lain mendapat kesempatan untuk mengikuti program training yang diadakan di Kumamoto National College of Technology, Jepang. Meskipun tidak secara langsung mempelajari tentang robotika, kesempatan belajar di negara yang memang dikenal sebagai pionir teknologi robot dunia mau tidak mau membuat Endra berkenalan juga dengan dunia robot dari laboratorium tempatnya bekerja. Dari situlah mulai muncul ketertarikannya untuk mendalami bidang ini. Ia ingat betul robot micromouse atau robot tikus adalah robot pertama buatannya yang ia bawa pulang sebagai oleh-oleh dari negeri sakura.

  Endra Pitowarno, sang pionir budaya robotik di kampus PENS.

Sepulang dari Jepang, Endra mulai menularkan semangat barunya dalam menggeluti dunia robotik pada mahasiswanya di kampus. Hasilnya, dari 60 orang mahasiswa angkatan pertama yang waktu itu telah bersiap-siap mengerjakan proyek Tugas Akhir (TA), sebanyak 12 orang memilih membuat TA yang bertema robotika. Di antara proses pengerjaan TA tersebut, beberapa seminar kecil terkait ilmu robotika pun digelar. Melihat antusiasme yang ditunjukkan oleh Endra dan para mahasiswa bimbingannya, pihak Japan International Cooperation Agency (JICA) yang waktu itu masih memantau perkembangan serta memfasilitasi PENS selepas program training setahun tadi pun memutuskan untuk mengundang perwakilan institusi ini dalam kontes robot untuk politeknik se-Jepang pada tahun 1991. PENS menjadi satu-satunya perwakilan dari luar Jepang yang turut berpartisipasi karena diundang oleh JICA dan Nippon Hooso Kyokai (NHK).

Pada penampilan debutnya, tim PENS yang masih sangat pemula tampil mengejutkan dengan berhasil mengalahkan tim Kyoto pada babak pertama. Meskipun setelah itu tidak berhasil meneruskan ke babak berikutnya, perwakilan PENS tetap pulang membawa trofi untuk kategori tim dengan ide terbaik. Pada tahun berikutnya, perkembangan yang ditunjukkan oleh perwakilan PENS ternyata meningkat luar biasa tajam. Terbukti dengan keberhasilannya menembus babak semifinal dan menggondol predikat juara ketiga. Tak ayal prestasi tersebut pada waktu itu membuat banyak orang tercengang sekaligus bangga luar biasa.

Memasuki tahun ketiga, meskipun antusiasme PENS tetap tinggi, ternyata pihak Jepang tidak lagi mengirimkan undangan untuk ikut serta dalam perlombaan. Tidak patah arang, PENS pun akhirnya memulai inisiatif untuk menyelenggarakan sendiri kejuaraan robotika lokal yang bertajuk Indonesian Robot Contest (IRC). Kontes inilah yang kelak menjadi cikal-bakal ajang tahunan Kontes Robot Indonesia (KRI). Keberhasilan menggelar kontes robot pada tahun 1993 itu membuat PENS kembali dilirik oleh Jepang. NHK kembali mengundang perwakilan PENS untuk berlaga di kontes robot, kali ini dalam level universitas yang mempertemukan tim-tim dari beberapa perguruan tinggi di Jepang. Kontes ini juga mengikutsertakan peserta dari negara asing seperti Prancis, Australia, China, dan Thailand. Peristiwa tersebut menjadi pengalaman pertama PENS, yang menjadi wakil Indonesia, mengikuti kontes robot tingkat internasional. Dari situlah, PENS kemudian secara rutin mengirimkan perwakilan dalam berbagai kontes robot dan meraih prestasi-prestasi yang membanggakan.

DSC_1589

 Tim robotik PENS kerap menjuarai berbagai perlombaan robot baik di tingkat nasional hingga internasional.

Bukan Sekedar Menang, Tetapi Ada Visi Mulia yang Lebih Besar

Dibalik kesuksesan dalam menggelar dan menjuarai berbagai kontes robot, sebenarnya ada pesan mulia yang ingin disampaikan oleh PENS bagi masyarakat luas, yakni keinginan untuk menjadikan teknologi sebagai bagian dari kehidupan masyarakat sehari-hari. Penyelenggaraan ajang seperti KRI sebenarnya merupakan salah satu cara dalam membangun budaya teknologi. Upaya ini, tentunya adalah upaya jangka panjang, sebab membudayakan teknologi merupakan sebuah proses yang memakan waktu lama. Endra menuturkan, salah satu efek yang mulai terasa dari penyelenggaraan kontes semacam ini dapat diamati dari para alumni kontes robot yang banyak menerapkan ilmunya dalam dunia nyata. Bahkan sebagian juga mengajar di berbagai politeknik. Kontes tersebut turut menyumbang SDM yang andal di bidangnya. ”Sebetulnya, itulah sumbangan terbesar dari KRI. Jadi, bukan untuk main-main, melainkan membangun budaya teknologi,” demikian ujarnya.

Dia juga menjelaskan, tidak jarang bermunculan kritik yang ditujukan kepadanya karena banyak robot yang akhirnya mangkrak setelah dipakai lomba, padahal dana yang dihabiskan untuk pembuatannya tidaklah sedikit. Namun, Endra mengatakan, “Perlu diketahui, yang kami rawat bukan robotnya. Tapi hati dan semangat para mahasiswa yang menyukai robotika.” Jadi, yang lebih penting sebenarnya bukanlah robot-robot itu tadi secara fisik, melainkan semangat generasi muda untuk terus belajar dan berinovasi menghadirkan teknologi yang terbaik.

Namun, memang cukup wajar jika komentar negatif seperti itu kerap muncul. Sebab, tidak jarang masyarakat sendiri masih memiliki anggapan yang salah kaprah mengenai robot. “Masyarakat selalu berpikir bahwa robot itu mesti memiliki tangan dan kaki seperti manusia. Padahal tidak selalu begitu,” kata Endra. “Robot adalah perupaan atau sistem mekanik yang dapat berpikir dan bergerak seperti manusia. Tapi tidak harus total seperti manusia. Bisa tangannya saja atau kakinya saja, dan sebagainya,” lanjutnya. Ia lalu memberi contoh proyek robot antiteror yang ia kerjakan dalam kerja sama dengan Kemenristek, PT Pindad, LIPI, dan Mabes Polri. Robot yang dibuat untuk menyuplai kebutuhan tim Gegana tersebut bisa mengambil bom, menjaga perbatasan, dan sebagainya. Proyek tersebut mampu memberi gambaran bahwa teknologi robot dapat berguna secara luas dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat. Oleh sebab itulah, kerja keras jangka panjang dalam menggalakkan kemajuan teknologi, salah satunya robot, perlu terus ditingkatkan untuk mencapai tujuan mulia yakni membuat masyarakat Indonesia semakin melek teknologi. (*)

Referensi:

https://rakhafakhruddin.wordpress.com/sejarah-robot-dan-pengertian-tentang-robotika/sejarah-robot-di-indonesia/

http://www.pens.ac.id/post/endra-pitowarno-dan-robotrobot-pens-its

http://www.pens.ac.id/post/pens-pecahkan-rekor-muri

Sumber gambar:

1. http://chip.co.id/news/technology-press_release/6826/poltek_negeri_surabaya_pens_raih_juara_i_kontes_robot_indonesia

2. https://twitter.com/pitowarno

3. https://skatel.wordpress.com/2012/05/15/hasil-pertandingan-pens-rebut-tiket-kri-dan-krci-regional-iv-2012/

Leave a comment